Kegiatan bisnis
sebaiknya dimulai dari mengadakan peramalan kondisi di masa depan, terutama
adalah situasi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Untuk mengadakan peramalan
terlebih dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah
menjadi informasi relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat
perencanaan keuangan. Peramalan bisnis ini dituangkan dalam angka-angka
keuangan menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis. Metode yang
lazim digunakan adalah:
a. Siklus Arus Kas
Siklus bisnis dimulai dari uang
sebagai kapital untuk menjalankan kegiatan bisnis, kemudian melahirkan uang
(kapital) yang lebih besar lagi. Dengan demikian, unit organisasi bisnis
mendapatkan keuntungan atau laba.
Uang sebagai kapital pertama-tama
dari setoran pemilik organisasi bisnis sebagai kapital yang lazim disebut Equity
(ekuitas) atau modal sendiri. Jika kapital sendiri tidak mencukupi untuk
melakukan kegiatan bisnis, organisasi meminjam uang dari sumber-sumber
pembiayaan (bank dan lembaga keuangan non-bank). Kedua jenis sumber modal itu
(modal sendiri dan utang jangka panjang) disebut modal permanen atau capital
invested.
Modal permanen digunakan untuk
membangun organisasi bisnis dan membeli peralatan bisnis, kemudian untuk
membiayai kegiatan bisnis yaitu membeli bahan baku untuk diolah menjadi
komoditi, membayar upah tenaga kerja, dan membayar berbagai biaya tidak langsung
antara lain biaya tidak langsung pabrik (faktory overhead), biaya
pemasaran, biaya administrasi, biaya bunga, biaya sewa, dan pajak. Semua ini
dikeluarkan uang tunai (cash). Setelah menjadi komoditi dijual
dipasar, melahirkan uang tunai kembali. Dengan demikian arusnya yaitu dari uang
tunai (cash), kegiatan bisnis, kemudian menjadi uang tunai kembali.
Biaya membangun organisasi dan biaya
peralatan bisnis secara periodik diamortisasi dan didepresiasi berdasarkan
suatu metode tertentu kemudian dibebankan kepada komoditi yang dijual, ini
merupakan proses menjadikan kembali uang tunai melalui kegiatan bisnis. Dengan
demikian, arus kas masuk bersih dapat disajikan sebagai: laba bersih +
amortisasi dan depresiasi. Keahlian menjadikan uang tunai Rp 1000 pada awal
tahun menjadi Rp 1200 pada akhir tahun adalah keahlian menejer bisnis.
b. Pola Pembiayaan
Yang
dimaksud dengan pola pembiayaan adalah pembiayaan untuk modal kerja dan harta
tetap. Modal kerja digolongkan menjadi dua, yaitu modal kerja permanen dan modal
kerja musiman. Modal kerja permanen harus dibiayai oleh utang jangka panjang
dan modal sendiri. Sedangkan modal kerja musiman bisa dibiayai oleh utang
dagang, utang bank jangka pendek, atau utang wesel bayar atau dikenal dengan commercial
papers.
Harta tetap harus dibayar oleh utang
jangka panjang dan modal sendiri. Manajemen harus memperhitungkan umur ekonomis
harta tetap dan model penyusutan yang akan dibebankan kepada produk yang
dijual. Makin tinggi nilai penyusutan makin besar arus kas masuk bersih
perusahaan, tetapi makin tinggi harga pokok penjualan suatu produk dan akhirnya
sulit masuk dalam persaingan pasar bebas. Sedangkan makin kecil nilai
penyusutan makin kecil arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi makin rendah
harga pokok penjualan suatu produk dan lebih mudah masuk pasar persaingan
bebas. Manajemen harus mengadakan penukaran (trade-off) antara
kepentingan arus kas masuk dan pangsa pasar.
Baik modal kerja permanen maupun
modal kerja pemanen harus tumbuh terus menerus sepanjang waktu (steady
growth). Sedangkan modal kerja musiman mengikuti perkembangan permintaan
pasar. Permintaan tinggi, kebutuhan modal kerja musiman tinggi, dan sebaliknya.
Jika perusahaan memiliki kelebihan uang tunai, peusahaan harus menginvestasikan
sementara pada harta keuangan jangka pendek atau surat-surat berharga yang
mudah diperjual belikan (marketable securities).
c. Perubahan Penjualan
Perubahan
penjualan mengakibatkan perubahan harta dan utang jangka pendek, karena untuk
memenuhi kenaikan penjualan harus membutuhkan tambahan harta dan utang jangka
pendek, khususnya utang dagang. Kebutuhan dana untuk memenuhi tambahan
penjualan itu dapat dipenuhi dari dalam dan dari luar perusahaan, jika kenaikan
kecil, kemungkinan tambahan dana dapat dipenuhi dari dalam perusahaan, dan jika
kenaikan penjualan besar, pada umumnya tambahan dana duipenuhi dari luar
perusahaan (dari tambahan modal sendiri atau dari utang jangka panjang).
Tambahan dana akibat kenaikan penjualan.
d. Ramalan Laba Operasi
Setelah unit penjualan dan harga
diramal dan biaya diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel,
kemudian dibuat peramalan laba, dalam berbagai kondisi ekonomi, misalnya
kondisi ekonomi buruk jumlah penjualan 600 unit, normal 900 unit, dan baik
1.200 unit.
Peramalan keuangan
Peramalan keuangan adalah memperkirakan
kebutuhan keuangan di masa yang akan datang. Dalam melakukan peramalan kondisi
ini dapat dijadikan alat ukur untuk melakukan peramalan. Hal ini perlu
dilakukan mengingat di masa yang akan datang penuh dengan berbagai
ketidakpastian. Ketidakpastian ini perlu diperhitungkan secara matang. Dalam
praktiknya ketidakpastian yang akan datang meliputi hal-hal:
1. Ketidakpastian
ekonomi, terutama yang berkaitan dengan perubahan harga (inflasi), kekuatan
daya beli masyarakat, ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, atau faktor
lainnya.
2. Ketidakpastian
politik, terutama yang berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang berkuasa, terutama yang memiliki hubungan langsung dengan
produk yang ditawarkan.
3. Ketidakpastian
sosial dan budaya, yang berkaitan dengan pergeseran selera, gaya hidup, dan
kebiasaan masyarakat yang terus berkembang.
4. Ketidakpastian
lingkungan alam, baik pergeseran penduduk, kelangkaan bahan baku, maupun faktor
bencana alam.
5. Ketidakpastian
persaingan baik dalam negeri maupun masuknya produk dari kelanjutan kepemimpinan perusahaan ke depan
akibat pergantian, atau pengunduran diri akibt berbagai sebab, dan lainnya.
Dalam praktiknya hampir dipastikan tidak ada hasil ramalan
yang tepat 100% atau berhasil, namun
paling tidak dengan melakukan peramalan yang dengan mengidentifikasikan hal-hal
yang akan terjadi ke depan, faktor risiko kegagalan dapat diminimalkan.
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan jenis peramalan,
hal ini tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Jenis-jenis peramalan
dimaksud antara lain:
1. Jika
dilihat dari segi penyusunnya:
a. Peramalan
subjektif merupakan peramalan yang didasarkan atas dasar perasaan atau feeling
dari yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan dan pengalaman masa lalu dari
orang yang menyusunnya sangat menentukan hasil ramalan.
b. Peramalan
objektif merupakan peramalan yang didasarkan atas data dan informasi yang ada,
kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode tertentu. Data yang
digunakan biasanya data masa lalu untuk beberapa metode.
2. Dilihat
dari segi sifat ramalan:
a. Peramalan
kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas dasar data kualitatif dan
biasanya peramalan ini didasarkan kepada hasil penyelidikan sebelumnya.
b. Peramalan
kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas dasar data kuantitatif
masa lalu (dalam bentuk angka-angka).
3. Dilihat
dari segi jangka waktu;
a. Peramalan
jangka pendek merupakan peramalan yang didasarkan pada waktu kurang 1 tahun.
b. Peramalan
jangka menengah merupakan peramalan yang didasarkan pada waktu rentang dari 1
tahun sampai 3 tahun.
c. Peramalan
jangka panjang merupakan peramalan yang didasarkan pada kurun waktu lebih dari
3 tahun.
Langkah-Langkah Peramalan
Agar peramalan dapat memberikan hasil yang memuaskan maka
haruslah mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam
peramalan. Dengan mengikuti setiap langkah yang telah ditetapkan, paling tidak
dapat menghindari kesalahan yang tidak perlu, sehingga hasil peramalan tidak
perlu diragukan. Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
melakukan peramalan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan
Data
Pengumpulan data
merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Data yang dilakukan merupakan data
masa lalu (lampau). Hendaknya data yang dikumpulkan selengkap mungkin untuk
beberapa priode. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data
sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder maksudnya adalah data yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti: perpustakaan, koran, serta laporan lainnya
adapun data primer diperoleh dari lapangan dengan menggunakan observasi,
wawancara atau dengan menyebarkan kuesioner.
2. Mengolah
Data
Data yang sudah
dikumpulkan kemudian dibuat tabulasi data. Dengan demikian akan diketahui pola
data yang dimiliki dan memudahkan kita untuk melakukan peramalan melalui metode
peramalan yang ada.
3. Menentukan
Metode Peramalan
Setelah data
dditabulasi, barulah kita menentukan metode peramalan yang cocok untuk data
tersebut. Terdapat banyak metode dalam melakukan peramalan. Hendaknya metode
yang dipilih adalah metode yang paling tepat atau metode yang paling kecil
penyimpangannya. Pemilihan metode peramalan adalah dengan mempertimbangkan faktor
horizon waktu, pola data, jenis peramalan, faktor biaya, ketepatan dan
kemudahan penggunaannya.
4. Memproyeksikan
Data
Seperti diketahui
bahwa akan ada perubahan di masa yang akan datang seperti perubahan
ekonomi, politik, sosial, atau perubahan kemasyarakatan lainnya perubahan ini
akan berakibat tidak tepatnya hasil peramalan. Agar kita dapat meminimalkan penyimpangan
terhadap perubahan, maka perlu dilakukan proyeksi data dengan pertimbangan faktor
perubahan tersebut untuk beberapa perubahan tersebut untuk beberapa periode .
5. Mengambil
keputusan
Hasil peramalan yang telah di lakukan di gunakan
untuk mengambil keputusan untuk bidak membuat berbagai perencanaan seperti
perencanaan produksi, keuangan, penjualan dan perencanaan lainnya, baik untuk
perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang . berkaitan dengan
keuangan adalah jumlah dana yang harus di dediakan dan kapan .
Model Peramalan dan Perencanaan Keuangan
Setiap
orang atau lembaga selalu mengharapkan bahwa hasil ramalannya berhasil dan
tidak meleset di masa yang akan datang agar hasil peramalan tepat, maka perlu
di gunakan model peramalan yang sesuai dengan kebutuhan. Ada dua model yang
sering digunakan oleh berbagai perusahaan yaitu:
1. Metode
persentase penjualan (percent of sales
method)
2. Metode
regresi (regression method)
Metode persentase penjualan,
merupakan metode peramalan yang relatif mudah jika dibandingkan dengan metode
lainnya, terutama untuk melihat kebutuhan permodalan. Caranya dengan melihat
presentase penjualan tahunan pada setiap pos dalam neraca. Peramalan penjualan
ini biasanya didasarkan pada:
1. Peramalan
eksternal
2. Peramalan
internal
3. Kombinasi
dari peramalan di atas
Peramalan
eksternal yang didasarkan pada GNP, data statistik, survei, faktor-faktor
ekonomi, politik, dan sosial. Adapun peramalan internal didasarkan pada sifat
yang dimiliki oleh perusahaan (nature of
the firm’s of product)
Untuk
mencari Kebutuhan Dana Ekstern (KDE) (ekstern fund required) dapat dicari dengan rumus:
KDE = AL (S1) + AT (S1) – HT (S1) –
mb (S)
Di
mana:
AL
= Total aktiva lancar dalam %
AT
= Total aktiva tetap dalam %
HT
= Total utang lancar dalam %
S = Total penjualan yang direncanakan
S1 = Selisih total penjualan yang direncanakan
dengan penjualan tahun lalu
m = Margin laba
b = Rasio laba dengan pembagian dividen
Laporan
Keuangan Performa
Laporan keuangan
performa merupakan proyeksi neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan pada
akhir priode peramalan. Alat sederhana yang digunakan untuk membuat laporan
keuangan performa perusahaan dapat dilakukan dengan:
1. Metode
presentase penjualan (percentage of sales
method), yaitu dengan mencari semua pos dalam laporan laba rugi dan neraca
yang berubah sesuai dengan perubahan penjualan.
2. Pendekatan
pertimbangan (judgemental), terhadap
kemungkinan yang akan terjadi.
Dalam
praktiknya setiap metode memiliki beberapa kelemahan dan kelemahan dari metode
ini adalah:
1. Asumsi
bahwa kondisi keuangan masa lalu merupakan indicator yang tepat untuk masa yang
akan datang.
2. Asumsi
bahwa beberapa pos, seperti kas, piutang, dan persediaan bisa sesuai dengan
yang diinginkan.
Metode di atasi
dilakukan atas dasar beberapa anggapan bahwa tingkat penjualan sangat
mempengaruhi perubahan pos-pos dalam, seperti:
·
Kas
·
Piutang
·
Sediaan
·
Utang piutang
·
Laba ditahan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam presentase penjualan
adalah sebagai berikut:
a. Membuat
neraca performa yang meliputi item-item yang
terpengaruh langsung oleh tingkat penjualan, sedangkan item yang tidak mempengaruhi dibiarkan saja.
b. Mengalikan
persentase (%) yang telah ditetapkan dengan proyeksi penjualan item-item yang berpengaruh langsung.
c. Kemudian
bagi item-item yang tidak berpengaruh
angka-angkanya tetap sama dipindahkan ke neraca proyeksi.
d. Melakukan
perhitungan proyeksi laba ditahan.
e. Menjumlahkan
neraca proyeksi, dan menyeimbangkan aktiva dan pasivanya, jika ada selisih
berarti menunjukkan jumlah kebutuhan keuangannya.
Contoh :
PT Marras, Tbk. Bergerak dalam bidang elektronik, memiliki
data sebagai berikut:
a. Penjualan
tahun 2008 adalah Rp 400.000.000,-
b. Proyeksi
penjualan tahun 2009 adalah Rp 500.000.000,-
c. Laba
bersih adalah 5% dari penjualan.
d. Kebijakan
dividen 40% dari lab bersih.
Dari data di atas dapat dihitung sebagai berikut :
Proyeksi laba bersih adalah : 5% x Rp 500.000.000,- = Rp
25.000.000,-
Pembagian dividen 40% x Rp 25.000.000,- = Rp 10.000.000,-
Rp 15.000.000,-
Sehingga hasil dri kebutuhan dana adalah:
Selisih neraca
performa adalah Rp 150.000.000,- – 145.000.000,- = Rp 5.000.000,-. Hal ini
berarti kebutuhan perusahaan tahun 2009 adalah sebesar Rp 5.000.000,-.
Rencana Keuangan
Proses perencanaan
keuangan dapat dibagi menjadi enam langkah:
1. Memproyeksikan
laporan keuangan dan menggunakan proyeksi ini untuk menganalisis dampak dari
rencana operasi terhadap proyeksi laba dan berbagai rasio keuangan.
2. Menentukan
dana yang dibutuhkan untuk mendukung rencana lima tahunan.
3. Meramalkan
ketersediaan dana selama lima tahun ke depan.
4. Menetapkan
dan menjaga suatu sistem pengendalian yang mengatur alokasi dan penggunaan dana
di dalam perusahaan.
5. Mengembangkan
prosedur guna menyesuaikan rencana dasar jika ramalan ekonomi yang mendasari
rencana tersebut tidak terjadi.
6. Menetapkan
suatu sistem kompensasi manajemen berbasis kinerja. Sangat penting bahwa sistem
semacam itu memberikan penghargaan kepada para manajer karena mereka melakukan
apa yang diinginkan oleh pemegang saham, yaitu memaksimalkan harga saham.
Analisis Ramalan
Dengan menganalisis
laporan keuangan proyeksi untuk menentukan apakah ramalan tersebut memenuhi
target keuangan perusahaan sebagaimana ditetapkan dalam rencana lima
tahunannya. Jika laporan tersebut harus diubah.
Meramalkan Arus Kas
Bebas
Model kertas kerja
juga dapat digunakan untuk mengestimasikan arus kas bebas (free cash flow-FCF). Arus kas beban dihitung sebgai berikut:
FCF
= Arus kas operasi – Investasi bruto pada modal operasi
Aalternatifnya:
FCF
= NOPAT – Investasi bersih pada modal operasi
Ingat kembali juga
bahwa arus kas bebas mencerminkan jumlah kas yang dihasilkan dalam suatu tahun
tertentu dikurangi dengan jumlah kas yang dibutuhkan untuk mendanai tambahan
pengeluaran modal dan modal kerja operasi yang dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan perusahaan.